Unit Kegiatan Mahasiswa GAMADIKSI USU
Showing posts with label Cerita Inspiratif. Show all posts
Showing posts with label Cerita Inspiratif. Show all posts

Mahasiswa, Duta, Wirausahawan Muda 3 Hal Yang Mencerminkan Pribadi Shanaz Al-Zamru

 

Penulis : Gravity Publisher

Dikaruniai paras yang cantik merupakan sebuah anugerah yang luar biasa dari sang pencipta. Namun, di era saat ini paras yang cantik tidaklah cukup. Kecantikan fisik harus diimbangi dengan keterampilan dalam bidang lainnya, misalnya pendidikan, usaha dan lainnya. Shanaz Al-Zamru salah satunya.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini tidak hanya memiliki paras yang cantik, ia juga memiliki banyak prestasi dan juga beberapa usaha. Menempuh pendidikan di bidang hukum, nyatanya tidak membuat Shanaz hanya fokus pada satu tujuan saja atau monoton. Ia mengeksplor kemampuan yang dimilikinya dalam beberapa bidang.

Saat ini, diketahui bahwa Shanaz sendiri sedang memegang gelar Duta GenRe Provinsi Sumatera Utara. Menjadi Duta GenRe bukanlah hal yang mudah mengingat GenRe di bawah naungan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) yang pastinya memiliki banyak kegiatan. Belum lagi jika ada panggilan dinas dari Duta GenRe yang bertabrakan dengan jadwal perkuliahan.

“Kita karna daring juga ya kak kuliah, jadi sedikit terbantulah gitu. Kadang kita ada panggilan Dinas dari Duta GenRe ke kantor mana, sekolah mana, kelurahan mana jadi bertabrakan sama jadwal kuliah. Karna kuliah daring kita bisa sambil berkuliah di jalan” jelasnya.

Bukan saja hanya menjadi Duta GenRe, Shanaz juga memiliki banyak sekali prestasi yang diperoleh semenjak duduk di bangku SMA. Pernah meraih Top 3 Essai Forum Mahasiswa Hukum Indonesia di bulan November 2021, Smart Women Tribun Medan (edisi cetak) di 25 Juli 2021, dan meraih juara 3 lomba melukis tingkat Kodim 0210/TU dalam rangka kegiatan Komsos Kreatif 2018.

Beralih sedikit dari gelar Duta GenRe, diusia nya yang masih muda Shanaz juga tengah mengembangkan bakatnya dalam berbisnis. Kini, Shanaz memiliki dua bisnis yang sedang dijalankannya yakni Zaars Chocoladee dan Ana Henna.

Zaars Chocoladee merupakan bisnis pertamanya yang bergerak di bidang kuliner sementara Ana Henna merupakan bisnis keduanya yang dapat dikatakan bergerak dalam bidang kesenian. Shanaz mengerjakan kedua bisnisnya sesuai dengan pesanan yang ada. Bisnis yang digelutinya dijadikan sebagai sampingan ketika sedang tidak sibuk dalam perkuliahan ataupun dinas Duta Genre nya.

Shanaz merupakan mahasiswi muda yang banyak menginspirasi kaum perempuan. Komitmen dan tanggung jawabnya dalam menjalankan peranan sebagai mahasiswa, duta dan wirausaha muda dapat dijalankannya dengan baik. Tak heran jika kini gadis belia ini menjadi role model bagi sebagian besar remaja. 

Lebih Dekat Dengan Kita Pertanian: Alumni USU Ciptakan Wadah Pembelajaran Pertanian


Penulis: Networthy Publisher

Dalam membangun Indonesia, pertanian merupakan salah satu sektor yang penting bahkan disebut juga sebagai jantung di setiap makhluk hidup. Sektor penyedia pangan atau pertanian apabila tidak ada maka akan banyak terdapat problematika bagi kesejahteraan negara. Namun untuk membangun negara ini banyak hal dari pertanian yang harus dimajukan seperti pengetahuan teknologi, kesejahteraan petani Indonesia, dan lainnya.

Peran mahasiswa sebagai agen perubahan pada permasalahan yang krusial dalam sektor pertanian sangatlah penting. Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan atau terjun langsung ke lapangan untuk membantu petani Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh Muhammad Dava Warsyahdana, alumni Universitas Sumatera Utara dari jurusan agroteknologi.

Muhammad Dava Warsyahdana sebagai founder dari wadah pembelajaran pertanian ini atau yang disebut dengan kita pertanian telah konsisten memberikan informasi terkait berita seputar pertanian serta budidaya sejak tahun 2020. Keresahan founder kita pertanian ini di masa pandemi COVID-19 membuahkan sebuah inovasi untuk mewujudkan sinergitas petani muda Indonesia. Wadah pembelajaran ini dapat diakses diberbagai media sosial seperti YouTube, Instagram, Twitter, LinkedIn, dan Facebook.

Tak hanya melakukan penyuluhan kepada petani Indonesia dengan terjun langsung ke lapangan. Duta petani milenial RI ini, juga melakukan kerjasama dengan berbagai NGO salah satunya dengan semangat bantu petani. Gebrakan yang dilakukan M Dava Warsyahdana bersama tim kita pertanian ini mendapat respon positif dari para petani.

Alumni USU yang memiliki segudang prestasi ditingkat nasional maupun internasional ini juga berharap kedepannya anak muda khususnya yang berkecimpung di dunia pertanian untuk ikut peduli terhadap kondisi pertanian di negara Indonesia dan para petani dengan memberikan kebermanfaatan lebih luas.

Melalui wawancara dengan Dava, ia berpesan "Indonesia tidak hanya ditentukan oleh batas peta, tetapi oleh gerak dan peran anak muda. Mari sama sama kita tingkatkan literasi, karena sejatinya bangsa Indonesia bukan bangsa kelas teri. Mari kita aktif berorganisasi, berprestasi, berkolaborasi, berkontribusi tanpa basa basi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat".


Baca juga: SYAHRUN NISA, WANITA BERPRESTASI YANG MENGINSPIRASI

SYAHRUN NISA, WANITA BERPRESTASI YANG MENGINSPIRASI






Sosok wanita berprestasi ini acap kali disapa dengan sebutan Syahrun Nisa. Ia dikenal sebagai Mahasiswa aktif di Universitas Sumatera Utara Jurusan Ilmu Administrasi Publik stambuk 2017, Wanita kelahiran 15 Desember 1998, berasal dari kota Aceh Tamiang. Sekilas ia terlihat seperti wanita biasa, namun siapa sangka Syahrun memiliki segudang prestasi.

Syahrun Nisa yang mulanya berangkat menjadi anak perantauan yang berasal dari daerah Aceh Tamiang, tidak merasa minder ataupun kekurangan. Ia tetap optimis melangkahkan kaki untuk menuntut ilmu di Universitas Sumatera Utara.

Hingga ia pun berhasil menjadi salah satu penerima manfaat beasiswa dari Dompet Duafa yaitu Beasiswa Etos dan juga BIDKMISI USU. Berawal dari sinilah Syahrun Nisa bertekad menebar kebermanfaatan untuk banyak orang, khususnya mahasiswa lainnya

Pada tahun 2017 yang merupakan awal perkuliahan hingga saat ini, Syahrun Nisa  aktif dalam berbagai kegiatan organisasi maupun komunitas. Mulai dari menjadi Sekretaris Departemen UKMI As Siyasah (2019), Sekretaris Departemen Kebijakan Publik DPW KR FISIP (2019), Sekretaris Pemasaran Garda Media USU (2019), Bendahara Desa Produktif Etos Medan (2018), Sekretaris Lembaga Pers Mahasiswa Garda Media USU (2020).

Siapa sangka lewat pengalamannya saat ini, ia dapat membawa perubahan yang berpengaruh baik di dalam maupun di luar kampus, lewat program pengabdian masyarakat yang juga ia Ikuti, sangat banyak program relawan yang ia ikuti, sehingga terus menggerakkannya agar tetap aktif sampai sekarang.

Tidak hanya sampai di sini saja, Syahrun Nisa  pun mencoba mengimplementasikan ilmu yang telah ia dapatkan selama perkuliahannya dengan mengikuti berbagai lomba LKTI dan debat di berbagai daerah di Indonesia. Segelintir prestasi yang ia raih diantaranya: Juara 3 Lomba Debat Nasional Pesta Ilmiah Sriwijaya, Palembang  (2018), Juara 2 LKTIN Trunojoyo Economic Event Madura  (2018), Juara 3 Debat Nasional Pendidikan Madura  (2019), Juara 1 Debat Nasional Silvikultur, Medan  (2019), Juara 3 Essay Etos Inovation, Yogyakarta (2019), Juara 1 Debat Pendidikan Antar Mahasiswa Se-Indonesia, Madura  (2020), dan Best Speaker Debat Pendidikan Antar Mahasiswa Se-Indonesia, Madura (2020).

Adapun prestasi yang terakhir di raihnya yaitu lomba debat lingkungan yang dilakukan secara online pada Agustus 2020 lalu, tak hanya itu saja ia juga pernah mendapatkan penganugrahan mahasiswa berprestasi USU pada Desember 2020 lalu.

Dengan Latar belakang kehidupan yang Sederhana, tak sedikitpun melunturkan semangatnya untuk tetap maju dan meraih  prestasi. Syahrun Nisa  menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki kompetensi yang tinggi, karena ia sangat menyukai kompetisi dan ingin menjadi yang terbaik. Dibalik sosoknya yang periang dan friendly ternyata ia merupakan sosok menakutkan di pentas debat, ia tak segan-segan mematahkan lawan bicaranya  dan meraih best speaker.

Syahrun Nisa sering berbagi informasi tentang pendidikan dan motivasi untuk mencintai diri sendiri. Personal branding yang telah dibangun diwujudkan dalam media sosialnya, sesuai minat yang ia geluti yaitu di bidang Public Speaking, Jurnalistik, Fotografi, dan Video Editing. Beliau juga mencoba menyalurkan apa yang ia ketahui kepada orang banyak. Selain sebagai mahasiswa aktif di kampus ia juga sering mengisi seminar atau pelatihan tentang soft skill seperti Beasiswa, writing, dan debat. Dia sangat ingin memotivasi orang-orang bahwasanya kita itu bisa karena terbiasa dan punya semangat untuk mewujudkan apa yang kita cita-citakan.

Pada tahun 2019 lalu, ia terpilih sebagai salah satu peserta Delegasi Nasional Study Tour To Tiongkok Oleh Kemenristekdikti, perkiraan hanya 14 hari di mana 2 hari pemberian pembekalan di Jakarta dan 10 hari berada di Tiongkok. Dengan begitu banyak hal tentang budaya di Tiongkok dapat ia ketahui. Salah satu hal yang berkesan juga bagi dirinya.

Syahrun Nisa  memiliki jiwa kepribadian yang cukup menarik, type orang yang terbuka dan terus terang kepada orang lain. Ia juga memiliki prinsip 'bodo amat' artinya disini adalah ketika orang lain mengatakan apapun tentang dirinya ia tidak peduli. "Inilah aku". Dan itu yang membuat dirinya selalu percaya diri dan tampil apa adanya.

Masih banyak lagi hal-hal yang bermanfaat yang ia lakukan, tampak jelas Syahrun Nisa selalu bergerak dan berdampak, mulai hal yang kecil hingga yang besar dapat membawa perubahan untuk dirinya, keluarganya, maupun orang yang berada disekitarnya. Syahrun Nisa memiliki sebuah motto hidup yang selalu menjadi pegangannya, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain” .

Penulis : Signature Publisher

Syaravina Lubis Penerima Beasiswa LPDP University of Bristol

Syaravina Lubis Penerima Beasiswa LPDP

University of Bristol

Cerita Alumni


Beasiswa LPDP sudah tidak asing lagi didengar oleh kaum mahasiswa. Beasiswa yang ditawarkan oleh DIKTI kepada mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 dan S3, hal tersebut guna memperkuat pendidikan Indonesia serta memperbaiki sumber daya manusia untuk mampu bersaing dikalangan internasional. Mahasiswa yang memiliki potensi akademik yang baik serta ingin menggapai mimpi melanjutkan kuliah di luar negeri sangat disarankan mencoba beasiswa tersebut.

Syaravina Lubis salah satu alumni mahasiswa lulusan sarjana hukum Universitas Utara yang melanjutkan pendidikan S2 di University of Bristol Inggris dengan beasiswa LPDP. Keinginan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri sudah tertanam sejak menduduki bangku sekolah SMA. Tapi perjuangan untuk menggapai mimpi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meyakinkan keluarga untuk pergi jauh menempuh pendidikan serta mencari alternatif biaya menjadi tantangan awal baginya.

Perjuangan dimulai dari semester enam. Tidak terlalu dini baginya pada semeseter tersebut mulai mencari informasi tentang universitas luar negeri serta mempersiapkan jurusan yang akan dipilih. Mencari beberapa informasi beasiswa di beberapa sumber artikel juga dilakukan untuk membantu biaya kuliah di luar negeri. Semua persiapan dilakukannya sendiri, dengan harapan segala proses akan terjawab pasti.

Setelah melakukan pendaftaran, akhirnya Syaravina Lubis diterima di dua universitas Inggris yang cukup terkenal diantaranya University of Exeter dan University of Bristol tempat ia menjatuhkan pilihannya. Biaya yang cukup besar untuk kuliah di univesitas luar negeri menjadi salah satu hambatan yang dipikirkan keluarga. Tapi Syaravina Lubis meyakinkan mereka bahwa ia akan mencoba beasiswa LPDP.

“Kuliah di luar negeri tidaklah mudah”, semua orang pasti sepakat dengan kalimat ini. Perbedaan lingkungan masyarakat, kebiasaan hidup, serta pola belajar menjadi hal yang harus disesuaikan dengan cepat beradaptasi. Begitulah yang dirasakan oleh Syaravina Lubis, butuh perjuangan keras untuk beradaptasi serta penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar dan mengakibatkan beberapa kali ia dilanda stress. Tapi hal itu tidak membuatnya patah semangat, pemandangan kota mampu menenangkan pikiran serta merasakan mimpi yang terwujud kuliah di luar negeri menjadi dasar kebangkitannya dari keterpurukan.

Wanita yang menamatkan belajarnya dengan gelar S2 Master of Science Governance University of Bristol, United Kingdom tahun 2017 ini juga sangat bersyukur atas segala kesempatan bagi dirinya untuk belajar diluar negeri, salah satu pola pikir kritis dibentuk dengan sistem belajar tak biasa diterapkan universitas tersebut kini menjadi sesuatu yang bermaanfaat baginya.

Berikut adalah beberapa tahapan yang dilalui Syaravina Lubis pada pendaftaran kuliah di luar negeri serta beasiswa LPDP:

1. Nilai akademik yang baik

Beasiswa LPDP sangat disarankan bagi mahasiswa yang memiliki potensi akademik yang baik, maka dari itu nilai juga harus dipersiapkan dari jauh-jauh hari.

Untuk pendaftaran di 200  universitas  luar negeri terbaik dunia membutuhkan IPK minimal 3.3, sedangkan di 20  unversitas terbaik dunia membutuhkan IPK 3.7. Semakin tinggi IPK yang dimiliki pendaftar akan mendukung profil

2. Mencari informasi universitas yang dituju

Seperti yang dilakukan Syaravina Lubis, informasi dapat dicari sedini mungkin. Tidak hanya  untuk mengetahui universitas yang dituju tetapi juga membantu mengetahui jurusan sesuai dengan potensi untuk memenuhi persyaratan yang diminta. Informasi dapat diakses di beberapa artikel resmi, seperti untuk universitas di Inggris salah satu websitenya adalah UKPASS berisi jurusan akan dituju. Untuk mengetahui universitas terbaik di dunia dapat diakses pada website Complete University Guide.

3. Bimbingan dan surat rekomendasi

Bimbingan sangat membantu mahasiswa untuk mencari jalan keluar ketika dilanda masalah. Dalam bimbingan sangat diperlukan membangun relasi yang baik antara dosen dengan mahasiswa Bimbingan dapat dilakukan dengan dosen pembimbing skripsi maupun dosen yang sudah memiliki hubungan dekat.

Surat rekomendasi dapat diperoleh setelah sidang skripsi dan diminta kepada Dekan Fakultas Universitas. Jika diperlukan Transkip Ijazah yang telah diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah.

3. IELTS dan TOEFL

Bahasa Inggris adalah persyaratan yang sangat krusial untuk kuliah diluar negeri. Nilai yang dibutuhkan masing-masing universitas juga berbeda-beda. Misalnya di Inggris yang dibutuhkan adalah nilai IELTS dengan batas minimum rata-rata 6.5 yang setara dengan TOEFL Institutional 550. Namun persyaratan IELTS dan TOEFL dapat menyusul, sebagai pendaftar conditional.

4. KTP dan Pasport

Untuk kebutuhan identitas maka perlu melampirkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), serta jika perlukan peserta harus mempersiapkan pasport.

5. Motivition Letter

Pada Motivition letter memuat hal yang mengesankan pada universitas yang dituju yang membuat mahasiswa tertarik untuk memilih universitas tersebut. Motiviton Letter juga dapat berisi pengalaman masa perkuliahan seperti berorganisasi, juara lomba dan panitia acara lainnya yang akan mendukung profil peserta.

 

“Jangan pernah takut mencoba sebelum perang ” ucapnya memberi motivasi kepada mahasiswa akhir yang akan memiliki rencana melanjutkan kuliah diluar negeri. Sebab semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mencoba maka jangan pernah batasi diri untuk mencoba. Jangan pernah merasa merendah, sebab gagal sekali bukan berarti gagal untuk seterusnya. Karena jika diri masih memiliki usaha kegagalan bisa ditebus dengan hasil yang menakjubkan.

Mencari informasi sedini mungkin juga sangat perlu dipersiapkan. Sebab informasi dapat membantu pendaftar mempersiapkan hal yang diperlukan. Informasi harus di akses secara rutin, dikarenakan dapat berubah-ubah dengan menyesuaikan waktu serta kondisi yang terjadi. 

Tidak hanya melengkapi persyaratan, kuliah di luar negeri juga harus mempersiapkan mental yang baik. Sistem pembelajaran yang sangat jauh berbeda serta lingkungan yang asing mampu membuat tekanan tersendiri bagi pendatang. 

"Mahasiswa disana dibiasakan untuk berfikir kritis" jelas Syaravina Lubis di salah satu video channel YouTube. Selain fasilitas bagus yang dimiliki universitas, mahasiswa dibentuk menjadi pribadi kritis baik dalam menanggapai materi dari dosen maupun mengerjakan tugas yang diberi.

Sebagai alumni penerima beasiswa bidikmisi tahun 2014, ia memberi motivasi kepada mahasiswa bidikmisi yang masih berproses di dunia perkuliahan untuk jangan pernah berhenti menggapai mimpi, membuat target setinggi mungkin apabila tidak tercapai setidaknya target dibawahnya tercapai. Jangan merasa keterbatasan mengunci langkah, jadi tetapkan langkah selanjutnya dengan membangun kepercayaan bahwa semua orang punya  kesempatan sama, lalu tinggal pribadi mengambilnya atau tidak.

Ia juga berpesan untuk jangan pernah berputus asa ketika menjumpai jalan buntu, sebab Tuhan akan selalu ada menolong umatnya dalam kesusahan.

 

 

Penulis  : Rawaty Sagala (Mahasiswa Manajemen USU 2019)

 


“Kita miskin, tapi otak kita tidak miskin!”

“Kita miskin, tapi otak kita tidak miskin!”
Cerita Alumni Bidikmisi
Oleh Akhmad Rapiudin


   
Berjuang meraih mimpi tidaklah mudah. Itulah yang dirasakan oleh semua orang yang berjuang meraih mimpinya, termasuk salah satu ASN BKKBN Jawa Barat yaitu Akhmad Rapiudin sebagai alumni penerima Bidikmisi. Dalam perjuangannya untuk menata kehidupan yang lebih cerah banyak rintangan dan pertimbangan yang telah dilewati. Salah satunya yaitu melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, banyak yang tidak mengira bahkan mencela bahwa anak dari keluarga yang kurang mampu dalam keadaan ekonomi sanggup untuk melanjutkan kuliah. Namun langkah dan tekadnya tak berhenti sampai disitu saja, ia ingin membuktikan bahwa dirinya mampu dan membayar semua omongan orang yang meremehkannya, “ walaupun kita miskin, tapi otak kita tidak miskin,” ucapnya meyakinkan bahwa orang kurang mampu juga punya kesempatan untuk menjadi orang yang hebat melalui prestasi dan ilmu.
Bidikmisi yang telah banyak membantu siswa lulusan SMA/SMK untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi juga dirasakan oleh Akhmad Rapiudin. Informasi tentang Bidikmisi yang telah diketahui sejak awal masuk sekolah MAN dari kakak kelasnya menjadi harapan untuknya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Keterbatasan Internet dikampungnya untuk mendaftarkan diri mengikuti seleksi jalur masuk PTN juga menjadi hambatan baginya dan teman-temannya. Sehingga mengharuskan mereka menyewa komputer di salah satu warnet dekat perkampungan, namun sangat disayangkan diantara mereke bersepuluh yang mendaftarkan diri hanya Akhmad Rapiudin yang diterima di Perguruan Tinggi.
Diterimanya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara menjadi dilema bagi keluarga. Bagaimana tidak, keadaan keluarga tidak mampu memberangkatkannya ke kota Medan. Sampai diwaktu dimana beberapa guru, kepala dusun dan keluarga dikumpulkan untuk mempertimbangkan keberangkatannya yang menjadi penentu nasib masa depannya. Keputusan mereka memberangkatkan Akhmad Rapiudin dengan hasil uang sumbangan beberapa guru menjadi keringat yang harus dibayar olehnya di masa perkuliahanya.
Keberangkatannya yang penuh diwarnai haru menjadikan sosok Akhmad Rapiudin yang tetap kuat ditanah perantauan. Lagi-lagi dikarenakan keadaan ekonomi keluarga, ia tidak diberi uang saku pada saat keberangkatannya, “pada saat itu tak ada uang sedikitpun yang dikasih orang tua, hanya sekantung tanah dari empat sudut rumah untuk mengingatkannya pulang ke kampung halaman,” jelasnya penuh haru.
Cerita pahit tak sampai disitu saja. Sebagai penerima Bidikmisi yang menerima uang saku Rp600.000/bulan dan pencairan hanya dilakukan persemester ternyata masih tak cukup membiayai kebutuhan untuk bertahan hidup dan perlengkapan kuliah. Ia masih harus berjualan gorengan dikampus untuk menambah pemasukannya. Untung yang tidak seberapa dan bahkan jualan kadang tak habis mewarnai perjuangannya untuk tetap bertahan hidup.
“Karena terbatasnya keuangan, dulu saya hanya punya 3 baju kuliah dan itu saya pakai secara bergantian saat kuliah,” ucapnya menceritakan duka saat kuliah dengan biaya terbatas. Namun ia bersyukur dalam perjalanan kuliahnya banyak bertemu orang yang membantunya dalam materi dan moril. Ia dibantu oleh ayah dari temannya untuk membeli  beberapa baju kuliah dan sedikit uang. Dan bertemu oleh seseorang yang membantunya dalam menunjang kebutuhannya saat perkuliahan, sehingga ia tak perlu lagi berjualan gorengan.
Sejak saat itu ia hanya fokus untuk kuliah dan menggeluti beberapa bidang, diantaranya menulis, public speaking dan menari tarian daerah. Kesukaannya dalam menulis membawanya banyak meraih prestasi tingkat nasional dan internasional. Melansir dari fkm.usu.ac.id adapun prestasi yang telah dicapainya adalah sebagai berikut :
 1.      Penerima beasiswa Bidikmisi di Universitas Sumatera Utara angkatan 2012
 2.      Penerima beasiswa CSR perusahaan DataPrint periode 2015
 3.      Juara 2 Lomba Artikel Islami FSLDKDSU IX 2013
 4.      Juara 3 Lomba Film Dokumenter LDK FSLDKDSU IX 2013
 5.      Pemenang Bussines Plan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) Kemenkop & UKM RI 2013
 6.      Juara 1 Lomba Cipta Puisi Dakwah Expo VII 2014
 7.      Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Isi Kandungan Al-Qur’an MTQ USU 2014
 8.      Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Islami UNNES Islamic Fair 2014  
 9.      Juara 1 Sayembara Menulis Essay dan Cerpen Nasional Al-Qolam Writivation Festival UPI Bandung 2014
 10.  1st Best Essay Presentation Asian Summit2015, Historic Manila Hotel Manila, Filipina 2015
 11.  1st Best Art and Cultural Performance Indonesia-Philippines Leadership and Cultural Exchange Program 2016, International Peace and Leadership Collage (IPLC), Tanay Rizal, Filipina 2015
 12.  Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah III Nasional BEM KM Universitas Andalas Padang 2015
 13.  Delegasi SMNPDN (Silaturahim dan Musyawarah Nasional Permadani Diksi Nasional),Universitas Hasanudin, Makassar 2015
 14.  Delegasi Inspiring Youth Leader Forum (IYLF) 2015, Universitas Indonesia, Depok
 15.  Mahasiswa USU yang Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional 2015
 16.  Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an Tingkat Nasional UKM Al-Qur’an Study Club (ASC) Universitas Negeri Malang 2016
 17.  Juara 1 National Green Social Project, Green Youth Camp 2016, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (Kophi) Sumatera Utara, BP-PAUDNI Medan 2016
 18.  Sahabat Hijau Terbaik Green Youth Camp 2016, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (Kophi) Sumatera Utara, BP-PAUDNI Medan 2016
 19.  Juara 1 Olimpiade Nasional Menulis Naskah Pidato Tingkat Nasional Forum Pemuda Bangun Negeri (FPBN) di Jakarta 2016
20.Juara 3 National Essay Competition, Indonesian Golden Generations Summit 2016, Rapat Kerja Nasional Permadani Diksi Nasional 2016, Univeristas Islam Riau, Pekanbaru.
 21.  Delegasi terpilih duta budaya Provinsi Sumatera Utara dalam Indonesian Culture and Nationalism bersama Menteri Pendidikan Republik Indonesia 2016
Selain berprestasi ia juga aktif dibeberapa organisasi, salah satunya adalah Unit Kegiatan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Universitas Sumatera Utara (UKM GAMADIKSI USU). Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum dan kontribusi yang besar cukup dikenang oleh organisasi. Salah satunya gagasan dalam pembentukan buku yang berjudul Langkah Tak Beraturan yang memuat cerita inspiratif para mahasiswa penerima Bidikmisi Universitas Sumatera Utara yang dinaungi GAMADIKSI USU.
“Jangan mau menyerah dengan keadaan, nikmati proses, jerih payah, pahit getir dan air mata. Sebab suatu saat itu semua akan ada batasnya dan dibayar oleh kesuksesan. Mari patahkan stigma bahwa orang miskin tidak bisa sukses” ucapnya memberi saran dan motivasi bagi pelajar Indonesia yang memiliki nasib yang sama sepertinya berasal dari keluarga yang kurang mampu memiliki tekad untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, ia meyakinkan bahwa orang miskin juga punya kesempatan sukses melalui pendidikan.
“Kita adalah anak Bidikmisi, anaknya masyarakat Indonesia yang diharapkan sebagai generasi emas bangsa Indonesia. Teruslah berproses dalam bidang kita masing-masing, dan jadilah pribadi yang berguna bagi masyarakat sekitar” ucapnya dalam memberi semangat bagi seluruh mahasiswa yang kini menerima Bidikmisi yang kini masih menjalani perkuliahan.




Penulis:Rawaty Sagala (Mahasiswa Manajemen USU 2019)

Cerita Inspiratif : AKU DAN PERJALANAN HIDUPKU Oleh : Isronudin Hasibuan



AKU DAN PERJALANAN HIDUPKU
Oleh : Isronudin Hasibuan*


Pagi itu, rumput-rumput masih berselimut embun, dan kupu-kupu pun masih enggan keluar dari sarangnya. Saat itu juga kepala sekolah  kembali menyiramkan seteguk penyemangat menumbuhkan rasa keinginan untuk kuliah kepada kami yang seumur jagung lagi di Pesantren itu. Sekolah yang terlihat berbeda jika dibandingkan dengan sekolah yang lain pada umumnya. Dimana, aktivitas siswa/i di sekolah luar sana mungkin terlihat lebih sibuk, galau, dan dilema untuk memilih jurusan dan Universitas yang akan menjadi labuhan mereka menggarap ilmu dan menata masa depan. Sehingga dalam segi usaha, mereka terlihat lebih belajar keras dan lebih antusias jika dibandingkan dengan kami yang tinggal di pelosok desa ini, bahkan diantara mereka ada juga yang menambahkan jadwal belajarnya seperti les-les di tempat bimbingan dan lain sebagainya.
Sedangkan  kami, berbalik 180 derajat. Status para siswi di kelas kami bukan tak mungkin sudah dijodohkan orangtuanya kepada calon mantu idaman, bahkan ada juga yang sudah mengikat janji dengan pacarnya akan dibawa kemana hubungan itu. Lalu, bagaimana dengan para siswa di kelas kami? Mereka juga pasti sudah memiliki rencana untuk merantau ke kota mana, dengan siapa, sebagai apa dan lain sebagainya. Tapi masih ada juga sekelompok kecil dari gerumunan teman-temanku yang membicarakan hendak kuliah dimana, jurusan apa dan lain sebagainya yang mengacu tentang masa depan. Hmmm,, bagaimana dengan Aku? Yeah pertanyaan itulah yang selalu menghantui setiap hariku, bertebaran dan berotasi dalam pikiran ini. Aku belum berani mengayuhkan kayu perahuku, belum berani hendak berlayar kemana, akan singgah di pulau mana, atau perahu ini malah membuatku nyaman dan tak ingin meninggalkannya, Aku bingung dan tak mengerti
“Kuliah?” Kata-kata itu sekilas ikut berotasi dibenakku, pelengkap halilintar dan turunnya hujan di sore itu, (hhmmm sambil menghembuskan nafas), yah kuliah adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk ku gapai, sesuatu yang tak akan pernah berpihak kepadaku dan sesuatu yang tak mungkin dapat kucicipi. Jawaban itu mengalir begitu saja, menandakan tak adanya peluang atau sekedar harapan untuk diri ini dapat merasakan hidup seberuntung mereka. Itu semua sebab akibat dari kemiskinan, kenapa tidak? Ibuku hanyalah seorang janda tua yang mengais rezeki dari bercocok tanam, sedangkan kata Ayah adalah sebuah ungkapan yang Aku sendiri lupa kapan terakhir memanggil kata itu. Diakibatkan Truk kejam yang  menghantam tubuh yang mulai rapuh itu. Benar, hanya butuh beberapa detik untuknya menghilangkan nyawa Ayahku, tapi butuh seumur hidup bagiku melupakan peristiwa sekejap yang melintas di depan mata itu. Walau saat itu Aku masih berumur 4 tahun namun harus belajar  hidup ikhlas tanpa seorang Ayah disampingku, tanpa seorang Ayah melengkapi liku-liku hidup yang akan ku tempuh hari ini, besok dan selamanya. “Iya, tanpa seorang Ayah.”
Melihat Ibu yang setiap harinya harus lebih bekerja keras untuk kelangsungan hidup kami yang tersisa 3 orang lagi, sedangkan 4 saudaraku sudah berkeluarga. Terkadang Ibu harus menjadi sosok seorang Ayah yang pekerja keras, seperti buruh, berladang dan berjualan. Namun terkadang juga harus menjadi sosok seorang Ibu yang lembut dan memanjakan kami. Semua peran itu dilakoninya untuk kelanjutan hidup kami.
Oleh karena itulah Aku mulai sangat giat dalam hal belajar, semenjak kelas 1 SD sampai kelas 3 SMA Aku tak pernah terlepas dari 3 besar di kelas. Karena jujur, Aku tak mau menjadi seperti Ibu, dan tidak mau selamanya seperti ini.
Namun pupus sudah harapanku itu, ketika Aku sendiri bingung berlayar kemana. Aku juga ingin seberuntung mereka, tapi Aku masih takut akan dunia perkuliahan, Aku takut tidak bisa hidup di rantau orang nanti akibat kemiskinan yang masih setia berpihak kepadaku dan perasaan takut ini juga bercampur rasa khawatir, khawatir ketika nanti Aku harus merelakan mendayung perahu ini pergi meninggalkan Ibu yang sudah tua renta, Aku takut…
Rasa takut itu sedikit terkikis setelah Pak Huraba atau Kepala sekolah kami menyampaikan keberadaan Bidik Misi, Beasiswa untuk orang-orang miskin dan berprestasi, kini Aku tahu akan mendayung kemana perahu ini, Aku hanya perlu mengkobarkan semangat dan kepercayaan diri untuk mencapainya. Tapi, keinginanku malah bertolak belakang dengan harapan Ibu, jawabannya singkat, tapi tidak sesuai dengan yang kuharapkan. Benar, saat itu Ibu berhasil mematahkan semangatku. Kecewa pasti, namun Aku berusaha memahaminya.
Hingga hari terakhirpun pendaftaran SNMPTN aku masih tidak berani mendaftarkan diri dan memilih untuk menuruti Ibu saja. Tapi Pak Huraba tidak sependapat denganku “Percuma kamu juara umum, percuma kamu siswa terbaik di sekolah kita, kamu harus daftar! kalau masalah uang nanti kita bicarakan.” singkat memang, tapi kata-kata itulah yang menerobos bilik-bilik hati yang terdalam, seperti hujan di tengah kemarau, dan kata-kata itulah yang merubah paradigma dan hidupku saat ini. Hari itu aku resmi jadi peserta SNMPTN 2013, Saat itu aku tidak tahu menau masalah jurusan tapi kuturuti saja pilihan-pilihan Pak Huraba itu. Walau perasaanku ibarat sambal terasi dicampur madu, rasanya tak menentu seperti permen nano-nano, begitulah ada rasa senang namun dihalangi rasa khawatir dan sedih, tapi Aku tetap maju dan akan tetap maju demi sebuah perubahan.
Bersama waktu, berbagai peristiwa begitu cepat berlalu, menyingkap lembaran-lembaran takdir hidupku satu-persatu.  Kini tibalah saatnya hari yang tak akan mungkin bisa dilupakan oleh semua orang yang pernah bersua dengan hari ini. Dimana pada  hari ini, akan banyak buih-buih kesedihan atau puing-puing keceriaan. Karena takdir yang akan ikut campur dalam hari ini. Aku juga begitu dengan perasaan optimis Aku dan Ibu bergegas pergi ke sekolah untuk pengumuman kelulusan siswa-siswi. Seusai pengumuman, Alhamdulillah Ibu sangat bahagia setelah mengetahui Aku jadi lulusan terbaik di sekolahku. Aku bahagia bukan karena jadi lulusan terbaik, tapi sangat bahagia melihat senyum yang begitu amat bersinar dari Ibu, mengalahkan sinar mentari kala itu, “terimakasih Ibu”.
Sebahagiaan orang masih tetap memancarkan kebahagiaannya lewat status “Alhamdulillah lulus hukum USU”, tapi sebahagian lagi malah meredup, sambil berusaha mengikhlaskan dan ada juga yang sudah menyebarkan surat undangan pernikahannya. Bagaimana dengan Aku?  Pertanyaan itu kembali menghantuiku, dengan rasa penasaran akhirnya ku menuju warnet yang berjarak 1 km dari rumah. Dengan bismillah satu-persatu ku input nomor pendaftaran, berharap kali ini keberuntungan itu akan berpihak kepadaku. Alhamdulillah ya Rabb, sambil sujud syukur air mata menetes perlahan membasahi pipi. Ketika mengetahui aku lulus sebagai pelamar beasiswa Bidik Misi di USU. Rasa senang ada, rasa takut juga ada. Senang karena aku bisa jadi mahasiswa, takut karena belum dapat restu dari Ibu.
Kini saatnya kaki harus melangkah ke bus yang akan mengantar ke kota medan sana, entah seperti apa medan itu, sekejam apa kehidupan disana, Aku tak mengerti. karena pengalaman perdana di medan ini. Jujur rasa takut menghantuiku, tapi karena ambisi dan semangat untuk bisa hidup seperti mereka, rasa takut itu  terkikis dan mulai hilang bersama waktu.
Uang yang terkumpul hasil dari kerja kerasku sebagai buruh di sebuah perkebunan selama libur UN dulu, ditambah uang pemberian sanak saudara. Terkumpul alhamdulillah  sekitar tiga juta. Menurutku sudah sangat cukup sebelum uang beasiswa keluar, namun  belum rezeki mungkin, karena sebagian uang itu hilang seusai membayar kos. keadaan itu memaksaku menjadi seorang waiters di sebuah restoran sekitar kos. Dan beberapa bulan setelah Aku bekerja akhirnya beasiswaku keluar dan langsung memutuskan untuk keluar dari pekerjaanku dan lebih fokus pada tujuan utama yakni kuliah. Gaji terakhir ku belikan mukenah untuk ibu, dan sisanya ku transfer untuk biaya makannya disana. Saat itu, Aku merasa sangat senang seolah-olah kebahagiaan itu telah berpihak padaku.
Tapi ternyata kebahagiaan itu tak bertahan lama, hidupku seketika itu juga kembali runtuh, hancur tanpa berkeping-keping. Aku hampir depresi, putus asa, merasa bodoh menghujat dan menyalahkan diri sendiri.
Semua itu diawali dari pertemuan yang tak ku sengaja, namun mungkin disengaja oleh nya. Yah, namanya Ahmad dari Ekonomi pembangunan stambuk 2012. Sepulang dari kuliah dengan langkah tertatih sudah merasa tak sabar ingin bermanja-manja di kos tercinta. Tapi ternyata ada pemuda setengah baya menghampiri dan langsung menyapaku berketepatan di taman Birek USU. Tanpa ku ceritakan panjang lebar lagi, pertemuan yang membuatku hampir putus asa itu langsung saja ku lanjutkan ke intinya, yah intinya dia nenawarkanku pekerjaan, yang katanya bisa sukses dalam 1 atau 2 tahun, yang katanya jalan-jalan ke luar negeri, kapal pesiar, motor scoopy dan lain sebagainya sudah mengantri menunggu kita, tinggal kita kapan mengambilnya, apalagi kalau bukan MLM? aku sangat tertarik dan mengorbankan beasiswaku sebagai modal awal, karena statusku sebaga mahasiswa baru, ditambah dengan kondisi keuangan yang memang mengharuskanku mencari pekerjaan. Aku begitu antusias menjalaninya sehingga Aku mulai lalai dengan tujuan awal ke Medan ini, disebabkan biusan uang dan rutinitas yang selalu memelukku. IP semester awal lumayan buruk sehingga Aku memilih berhenti dari pekerjaanku. dan masih banyak lagi faktor-faktor yang membuatku memlih mundur dari pekerjaan itu. Tapi kujadikan semua itu sebagai pelajaran hidup dan penambah pengalaman, agar kedepannya lebih berhati-hati.
Karena uang beasiswa habis, Aku kembali bekerja namun kali ini  bukan sebagai waiters lagi, tetapi sebagai guru private Matematika di sebuah perumahan sekitar USU. Alhamdulillah tidak lama mengajar di tempat itu, Aku langsung ditawarkan tinggal disana secara cuma-cuma, gaji tetap dikasih 600.000/ bulan nya. Ternyata masih ada keluarga sebaik ini di kota sekacau ini. Dan benar, dibalik kesulitan pasti ada kemudahan dan ampai saat ini Aku begitu dekat dengan keluarga kaya raya dan baik hati ini.
Hingga sekarang Aku tetap mengajar private dari tempat yang satu ke tempat yang lain, untuk membiayai dan bertahan hidup di kota orang ini. Sulit memang, ketika kawan-kawan kita punya banyak waktu luang kita malah disibukkan mencari sesuap nasi, Tapi bahagia itu kita yang ciptakan bersyukur solusi paling tepat untuk mengurangi mengeluh. Tanamkanlah..! Bukan Aku tak seberuntung mereka tapi mereka yang tak seberuntung Aku.

Cerita Inspiratid : BUKAN KALENG-KALENG Oleh : Malikatul Khamdiyah

BUKAN KALENG-KALENG
Oleh : Malikatul Khamdiyah*


Kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelakunya, tetapi karena ada kesempatan. Waspadalah…waspadalah…waspadalaaaaaah !” (Bang Napi)
            Kesempatan….
            Kayaknya bukan cuma kejahatan yang bisa terlaksana karena kesempatan. Aku percaya kalau hal - hal yang baik bisa terjadi juga karena kesempatan. Kalimat sederhana dari Bang Napi yang dulu setiap hari terdengar olehku seusai menyaksikan tayangan berita kriminal ini ku anggap sepele dan tak berarti apapun. Sekedar angin yang berlalu, kosong melompong, tak mempengaruhi apapun, meskipun terkadang menyegarkan jika menerpa wajah yang sedang lelah.
            Sekarang aku merasa bahwa kalimat ini maknanya dalam juga. Kenapa bisa gitu ? ya karena pengalaman dan momen yang tepat untuk mengartikan hal - hal yang tersirat ini. Bayangkan, bahkan niatpun tak berarti apa - apa, tak berguna, jika tak ada kesempatan yang diberikan.
            Kisah ini bermula ketika aku berada di semester IV Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Sumatera Utara. Aku mengambil mata kuliah Administrasi Keuangan Negara dan setelah Ujian Tengah Semester Sang Dosen menggunakan metode dimana mahasiswa diharuskan membuat makalah dan melakukan presentasi dengan kelompoknya. Tibalah saatnya pemilihan tema melalui undian, aku maju mewakili kelompokku dan aku mengambil satu gulungan yang terdekat kemudian aku kembali menghampiri kelompok ku untuk membuka gulungan kertas tersebut.
" Apa tema kita?" Tanya Yeni dengan bersemangat.
" Kemiskinan” , ucapku setelah membuka gulungan kertas undian tema.
"Yaaah, luas kali lah pembahasannya nanti," Kata salah satu anggota kelompok kami yang aku lupa namanya saat cerita ini ku tuliskan.
"Iyakan ya ? Tukaran aja sama kelompoknya Ema. Dia dapet BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Aku udah nguasain materi itu" Aku memberi saran.
            Akhirnya kamipun menghampiri kelompok Ema dan menyampaikan maksud dan tujuan kami, namun ternyata kami tidak berhasil membujuk kelompok Ema. Akhirnya kami menerima kenyataan kalau bahasan dari tema makalah kami sangat luas dan tidak ada habisnya bila dibahas nanti. Harus berusaha membuat makalah yang terbaik, karena kelompok yang terbaik tidak akan mengikuti Ujian Akhir Semester nantinya.
            Dua hari berikutnya, kami mulai berdiskusi mengenai judul dan studi kasus dari kemiskinan.
“Apa ya judul kita?” Tanya Eby
“ Ini aja, pengaruh tingkat pendidikan terhadap kemiskinan” Usul Jessica
“Terlalu ribet nelitinya, tersinggung pula nanti narasumber kita. Kenapa miskin? Karena gak punya kerjaan yang layak. Kenapa gak punya kerjaan yang gak layak? Karena tingkat pendidikannya rendah. Kenapa tingkat pendidikannya rendah? Karena miskin.....” aku menanggapi usulan Jessica.
“Iya, itu udah kaya lingkaran setan yang gak tau solusinya. Kayak mana coba memutus kemiskinan?” Yeni pun ikut menimpali.
“Cara memutus kemiskinan cuma satu Yen, Beasiswa BIDIKMISI. Mottonya aja memutus mata rantai kemiskinan.”  jawabku
“Haha, bener juga kau tul, nanti kalo ditanya studi kasusnya kaulah yaaaa..” jawab yeni sekenanya.
“Kalau ditanya contoh kemiskinan, kita jawab aja kami semua. Tengoklah muka – muka kita weee, hahaha” Jawab Jessica mulai bercanda.
“ Aduuuh kelen ini ya, bangga kalipun jadi orang miskin. Hahaha ” Deminar pun menambahi
            Pada hari itu, kami berdiskusi tanpa mendapat solusi. Aku lupa bagaimana mulanya, akhirnya kami dapat menentukan judul yang disetujui dosen kami yaitu faktor – faktor kemiskinan di Belawan. Asal pembaca tahu ya, Belawan merupakan salah satu daerah diujung kota Medan dan disana terdaapat pelabuhan serta perindustrian yang cukup banyak. Belawan dikenal sebagai daerah yang memprihatinkan, meskipun selama hampir dua tahun aku kuliah disini, aku hanya mendengar cerita dan belum pernah berkunjung kesana.
            Sesuai dengan waktu yang kami tentukan, akhirnya kami berkunjung kesana untuk melakukan wawancara. Untuk sampai disana kami menggunakan angkutan umum dengan jarak tempuh satu jam,maklum kami anak rantau jadi tidak ada yang memiliki sepeda motor di tempat kami studi ini. Perjalanan yang membuatku mual karena kondisi jalan yang sangat buruk, berbeda jauh dengan jalanan di Kota Medan.
            Akhirnya tibalah kami di sudut lain Kota Medan. Tepatnya di sebuah desa bernama Nelayan Seberang, Kecamatan Belawan, Kota Medan, Sumatera Utara demi mengerjakan tugas. Rasanya seperti bermil-mil jauhnya dari Kota Medan. Padahal tempat ini adalah tempat yang tidak cukup jauh dari pusat segala kehidupan kota bernama Medan. Tempat yang dapat dijangkau hanya dalam waktu satu jam ditambah lima belas menit menggunakan perahu mesin berkuota maksimal 15 orang. Tetapi agaknya fasilitas dan pembangunan kota Medan belum sampai kesini. Semuanya serba pas – pasan.
Tetapi inilah kenyataan yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia, yang mungkin kata orang itu adalah tempat terpelosok, meski aku tidak benar-benar tahu makna terpelosok dalam konteks ini.Yang aku tahu, ini adalah bagian dari Indonesia, tempat dimana aku ditakdirkan lahir meski sampai saat ini belum mampu memahami Negeriku sendiri, Negeri yang subur dimana tongkat dan batu bisa jadi tanaman. Luar biasa bukan negeriku ini ? negeri yang tak bisa kupahami dari susdut manapun, karena jika dilihat dari sudut yang berbeda – beda maka tidak akan menemukan satupun hal yang sama.
Kembali lagi ke desa ini, desa yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai buruh nelayan. Jika dilihat dari rumah-rumah disini, mungkin sudah terlihat cukup baik meskipun bukanlah rumah permanen alias terbuat dari papan dan parahnya lagi rumah – rumah mereka berada diatas air laut yang telah berwarna hitam akibat sampah, jika air laut sedang pasang maka rumah yang tiangnya rendah akan terendam air dan baru satu minggu bisa menghilangkan aroma menjijikkan dari air laut yang telah terkontaminasi dengan sampah rumah tangga maupun limbah manusia. Meskipun wilayah Indonesia terdiri dari 2/3 bagiannya air tetapi untuk mendapatkan air bersih disini sangatlah sulit, mereka harus membelinya. Kalian bisa melihat Film yang kondisi pemukimannya hampir serupa yaitu Film Thailand berjudul Teacher Diary. Bedanya, desa Nelayan Seberang lebih baik karena tidak ada jarak yang jauh antara satu rumah dengan rumah lainnya. Semacam berada di satu daratan, daratan yang mereka buat sendiri dengan kayu.
Berbicara soal sekolah di Medan yang sampai ratusan, disini mungkin kita hanya dapat menemui satu Sekolah Dasar. Bisakah kalian bayangkan ? Untuk melanjutkan ke SLTP mereka harus menyeberangi laut selama lima belas menit dengan ongkos yang cukup mahal bagi mereka, yaitu Rp.6.000,- untuk pulang dan pergi. Belum lagi untuk membeli buku dan peralatan sekolah lainnya. Hampir menangis rasanya ketika mendengar cerita salah satu warga yang menceritakan bahwa anaknya lebih baik mencari ikan bersama Ayahnya daripada harus sekolah. Hanya orang – orang kaya saja yang bisa sekolah tinggi menurut persepsi mereka, SD sudah cukuplah, yang penting bisa baca dan tulis.
Ditempat yang sepertinya belum terlalu pelosok dari Kota Medan. Tidak banyak yang punya impian tentang dirinya sendiri apalagi tentang daerahnya. Semua terlalu pesimis untuk memimpikan sesuatu, terbelenggu dengan keadaan desa yang pas – pasan tanpa impian. Tapi benar juga. Bagaimana mungkin mereka membangun mimpi atas permasalahan yang terjadi di desanya jika semua dianggap baik-baik saja? Ini bukan salah mereka tidak memiliki ambisi untuk membangun desa jika mereka sendiri tidak mengerti apa yang harus dibangun dengan semua hal yang sudah sejak lahir dihamparkan didepan mata.
Ini semua soal kesempatan dimana mereka dapat melihat bahwa ada tempat dimana rumah tidak berada diatas air, dimana angkutan umum tersedia setiap menit, dimana terdapat banyak sekolah yang bisa dipilih sesuai keinginan mereka tanpa takut memikirkan biaya transportasi yang mahal, dimana mereka bisa memimpikan dan mewujudkan impian yang dimiliki.
Dalam hal ini, kita tidak berbicara soal jarak, tetapi ini soal kesempatan untuk berkembang. Kesempatan yang dianggap mereka hanya milik orang kaya. Kesempatan yang seharusnya berani mereka perjuangkan. Kesempatan yang seharusnya bisa mengubah pola pikir. Kesempatan yang seharusnya bisa menggapai impian. Kesempatan yang seharusnya bisa memilih.
Mengutip nasihat Abahku, bahwa burung terbang dengan sayapnya sedangkan manusia terbang dengan cita – cita, dengan impiannya. Tapi kalimat ini sulit sekali tersugesti untuk mereka, mereka yang tidak punya impian, mereka yang takut bermimpi dan mereka yang tidak ingin mencoba untuk bermimpi, karena keadaan dan kesempatan yang mendorong mereka tetap berada di lorong gelap. Ya, karena mereka tidak memiliki pilihan.
Untuk kamu yang mengaku memiliki impian, tetaplah bermimpi dan berusaha menggapainya. Untuk kamu yang mengaku cinta pada Indonesia, mari bergerak bersama menebar dan membangun impian bagi mereka yang belum memiliki kesempatan akan indahnya memiliki impian. Asal kalian tahu hidup yang bahagia itu bukan sekedar bisa hidup bersama dengan orang yang kita cinta, tapi bagaimana kita bisa menghadirkan cinta pada orang – orang yang tidak mencintai sesuatu, termasuk impiannya. Karena ini soal impian dan kesempatan, bukan soal kaleng – kaleng yang ditendang terus bunyi klenteng tanpa ada orang yang peduli.

Kategori

Subscribe Us On youtube

Follow Us On fan Fage Facebook

Kategori

Follow Us On Instagram

View this post on Instagram

[Pedoman KIP Kuliah 2020] -----------------------* INFO PENTING * -------------------------- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan pendaftaran Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah sudah dibuka pada 2 Maret hingga 31 Oktober 2020. Catat dan ingat tanggalnya. Bagi kamu lulusan SMA/SMK/MA/sederajat baik tahun 2020,2019 ataupun 2018, > Baca langsung pedoman KIP KULIAH dibawah ini, sebagai landasan dalam pendaftaran KIP KULIAH tahun 2020 : https://kip-kuliah.kemdikbud.go.id/panduan > segera daftarkan dirimu pada laman berikut : https://kip-kuliah.kemdikbud.go.id/ Sumber: kip-kuliah.kemdikbud.go.id . . . @gamadiksiusu @Permadanidiksinasional @Kemdikbud.ri -------------------- -------------------- Akun Resmi UKM Keluarga Mahasiswa Bidikmisi Universitas Sumatera Utara Periode 2020-2021 Dikelola oleh Divisi Komunikasi dan Informasi GAMADIKSI USU -------------------- UKM GAMADIKSI USU 2020-2021 Ketua Umum : Martinus Putra Antara Sipangkar Sekretaris Umum : Putri Aqila -------------------- Facebook : GAMADIKSI USU Instagram : @gamadiksiusu Email : gamadiksiusu2019@gmail.com Youtube : gamadiksi USU Narahubung Martin : 082276713576 (WA) Waska : 082167570787 (WA) -------------------- #kominfo #gamadiksiusu #bersamabisaluarbiasa #pengurusbarugamadiksiusu #bidikmisi#kipkuliah #alumnibidikmisi#kip #MerdekaBelajar #SNMPTN2020 #KIPKULIAH #Perguruantinggi #SahabatKIP #KIPKULIAH #InfoKIP #CalonMahasiswa #Sma #Smk #Ma #Bidikmisi

A post shared by GAMADIKSI USU (@gamadiksiusu) on