Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian
Danau Toba adalah danau terbesar di Indonesia yang
terletak di Propinsi Sumatera Utara yang berjarak 176 km ke barat dari ibukota
propinsi ini yaitu Medan. Sebagai danau hasil volcano tektonik terbesar di
dunia, dengan panjang danau 87 km dari baratdaya ke tenggara dan lebar 27 km,
lokasi ketinggian 904 meter di atas permukaan laut dan kedalaman maksimal 505
meter, danau ini menjadi salah satu aset pariwisata yang penting bagi
Indonesia.
Danau
Toba dikelilingi oleh perbukitan, dengan pohon-pohon yang masih kokoh dan
rindang, sehingga suasana di sekitar danau terasa nyaman, udaranya segar dan
sejuk dan di sore hari menikmati pemandangan gunung yang permai dengan
pemandangan cahaya matahari terbenam yang begitu indah. Semua rasa penat yang dirasakan
akan hilang di tempat ini. Malam pun pemandangan didanau ini tetap menarik
perhatian, karena pinggir-pinggir danau akan tampak terang bercahaya
warna-warni oleh lampu rumah masyarakat setempat.
Danau
Toba adalah adalah danau yang bersih, airnya biru dan hangat. Suasana disekitar
danau sangat sejuk. Danau Toba adalah panorama yang tak boleh dilewatkan jika
berkunjung ke Sumatera Utara. Banyak orang bilang: ”Bukan ke Sumatera Utara namanya, jika belum melihat dan berkeliling
Danau Toba”. Wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara tiap tahun
berbondong-bondong ke Danau Toba. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya kabupaten Samosir bahwa kunjungan wisatawan
ke kabupaten Samosir hingga bulan September 2009 berjumlah 48.615 orang terdiri
dari wisatawan manca negara 5.282 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 43.333
orang.
Kini,
Danau Toba tak lagi seindah dulu lagi. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya
sampah disekitar danau. Semua limbah dari
berbagai sumber berlabuh di Danau Toba. Lihat saja!, sumber pencemaran
lingkungan Danau Toba dilakukan oleh hampir semua aspek terlibat didalamnya, seperti:
masyarakat (limbah rumah tangga), sektor pertanian (penggunaan pupuk dan
pestisida kimia), hotel dan restoran serta tempat kuliner lainnya (pembuangan
limbah dan kotoran WC), sektor perikanan (pencemaran air, dan eceng gondok),
dan pemerintah pusat dan daerah (penataan ruang, konversi hutan untuk
pertanian).
Semua
limbah tersebut akan berkumpul dan bersatu didalam perairan danau dan lama
kelamaan akan menjadi toksik, dan akan sangat merugikan. Menurut Barus (2005)
yang menyatakan bahwa Danau Toba adalah danau yang mengandung sedikit nutrien,
biasanya dalam dan produksi primernya rendah. Sesungguhnya Danau Toba adalah
danau yang miskin nutrient, oleh karena itu biota air yang ditemukan disana
tidak begitu banyak. Apalagi sekarang, limbah sudah mulai mengakomulasi wilayah
danau. Danau yang bersifat toksik atau beracun tentunya akan sangat
membahayakan.
Bahayanya
terhadap biota air, akan mengakibatkan biota tersebut kehilangan habitatnya
yang lama kelamaan biota tersebut akan pindah dan apabila tidak dapat bertahan
kemungkinan akan hilang satu persatu dan bahkan terjadi kepunahan. Terhadap
masyarakat, akan kesusahan mendapatkan air bersih, karena sampai saat ini air
yang dipergunakan sehari-hari adalah air dari danau tersebut dan akan muncul
banyak penyakit serta masyarakat yang menggantungkan nasib sebagai nelayanpun
akan merugi, karena ikan yang terdapat didanau sudah semakin sedikit. Hal ini
juga akan berdampak bagi pendapatan daerah. Bagaimana tidak? Wisatawan yang
dating berkunjung akan berpikir dua kali jika tahu keadaan danau toba
sebenarnya dan itu akan mengakibatkan penurunan pendapatan daerah.
Sebenarnya
jika dipikir-pikir dan ditelaah, masyarakat sekitar juga mau peduli dan mau
menjaga kelestarian danau, hanya saja masyarakat setempat masih awam dalam
pelestarian lingkungan karena penduduk asli didanau tidaklah semua kalangan
berpendidikan. Dan pemerintah kurang aktif dalam mengarahkan masyarakat,
menghimbau dan mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan Danau Toba serta
sering mengadakan penyuluhan akan pentingnya pengelolaan lingkungan dan dampak
dari limbah.
Banyak
upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalisir limbah yang masuk ke danau toba,
seperti: diadakannya kebersihan tiap rumah, diadakan hari kebersihan secara
bersama-sama antar masyarakat, jangan sampai masyarakat terserang penyakit
karena menggunakan air Danau Toba karena biaya berobat bukannya murah dan
fasilitas kesehatan disanapun masih minim.
Untuk menanggulangi pencemaran lingkungan di sekitar
wilayah Danau Toba diperlukan upaya-upaya nyata dan serius dari para pihak
untuk penyelamatan ekosistemnya melalui: pengelolaan sampah, adanya aturan
masyarakat harus membuang sampah pada tempatnya, penanganan limbah rumah
tangga, hotel dan restauran yang ramah lingkungan, penurunan tingkat pencemaran air akibat
penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia (pestisida, herbisida dan fungisida)
sebaiknya dianjurkan kepada petani agar menggunakan pupuk secukupnya, membuat
peraturan terkait dengan larangan membuang minyak ke Danau Toba, usaha
perikanan dikelola sesuai dengan daya dukungnya jangan sampai pakannya
berlebihan dan mengakumulasi perairan.
Tidak ada kata terlambat. Kini sudah
saatnya masyarakat peka dan turut serta dalam pengelolaan lingkungan perairan
Danau Toba, karena sebagai masyarakat setempat tidaklah rela jika Danau toba
yang dikenal sebagai danau yang indah dan tampat wisata berubah menjadi tempat
berlabuhnya limbah. Hijau Danau Toba…
Daftar Pustaka
Barus, T. A. 2004. Pengantar
Limnologi. USU Press. Medan.
Biodata
a. Nama
Penulis :
Rina D Sibagariang
b. Nama
Fakultas & Jurusan :Pertanian/Manajemen
Sumberdaya Perairan
c. Domisili
(Alamat Surat) : Jl. Jamin
Ginting, Kompleks Pamen G14
Padang Bulan, Medan
d. Alamat
Email : rin0a_squall@yahoo.com
e.
Telepon/Ponsel :
085373944457
Subscribe to:
Posts (Atom)